Tenaga Medis Turut Jadi Sasaran Militer Israel

share on:
Razan Ashraf Al-Najjar (21) seorang perawat Palestina tertembak dan tewas saat berusaha menyelamatkan demonstran yang terluka di Perbatasan Gaza, Jumat (1/6/2018)

UPDATEINDONESIA.COM- Seorang Perawat muda Palestina, Razan Ashraf Al-Najjar, ditembak mati pasukan militer Israel saat berusaha menolong demonstran yang terluka di dekat perbatasan jalur Gaza.

Perempuan belia 21 tahun itu merupakan sukarelawan Kementerian Kesehatan Gaza. Tekadnya yang ingin menunjukkan bahwa paramedis bukan hanya tugas seorang laki-laki berakhir tragis kala peluru pasukan tentara Israel mengenai dadanya.

"Menjadi seorang pekerja medis bukan hanya tugas untuk pria. Itu juga pekerjaan bagi wanita," kata Razan saat diwawancara di perbatasan Jalur Gaza, seperti dikutip New York Times, Minggu (3/6/2018).

Sebelum tertembak, Razan berusaha keras memberikan pertolongan medis kepada seorang pria yang terluka akibat tabung gas air mata, di timur Khan Yunis, atau kurang dari 100 meter dari pagar perbatasan Selatan Kota Gaza, Jumat (1/6/2018) sore.

Kala itu, Razan kabarnya sudah memberi tanda bahwa ia adalah petugas medis. Namun pasukan Israel melepaskan tembakan membabi-buta ke arah demonstran. Nahas, peluruh mengenai dada anak sulung dari enam bersaudara itu dan langsung tersungkur ke tanah dan meninggal.

Akibat peristiwa itu, ribuan warga Palestina berdatangan ke pemakaman Razan. Mereka menjuluki Razan sebagai 'Angel of Mercy' Paramedic alias malaikat paramedis penuh kasih.

Razan diketahui tinggal di Khuzaa, sebuah desa yang terletak di bagian perbatasan dengan Israel, timur Khan Younis dengan wilayah selatan Gaza. Ayahnya, Ashraf al-Najjar (44), memiliki toko yang menjual onderdil motor yang hancur akibat serangan udara Israel pada 2014 lalu. Sejak saat itu ayahnya menjadi pengangguran.

Ayahnya menyebut putri sulungnya itu tak cukup pandai saat SMA sehingga tak melanjutkan ke universitas. Sehingga berlatih menjadi paramedis selama 2 tahun di Rumah Sakit Nasser di daerah Khan Younis.

Razan kemudian menjadi sukarelawan di Palestinian Medical Relief Society, sebuah lembaga NGO bidang kesehatan. Sang ayah mengenang putri sulungnya itu bangun sebelum fajar menyingsing pada Jumat (1/6), kemudian makan dan shalat sebelum memulai aktivitasnya. Itu adalah saat terakhirnya bertemu putrinya.

Saat diwawancara bulan lalu, Razan sempat mengatakan jika ayahnya bangga atas pekerjaannya.

"Kita memiliki satu tujuan. untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang-orang. Dan mengirimkan pesan ke dunia: tanpa senjata dan kita bisa melakukan apa saja," kata Razan kala itu

Diketahui hingga saat ini setidaknya 120 warga Palestina telah tewas ditembak pasukan Israel sejak aksi demo besar-besaran terjadi di Jalur Gaza pada 30 Maret lalu. Sebanyak 14 anak-anak dilaporkan turut menjadi korban tewas penembakan tentara Israel. Dan sekitar 13.300 warga Palestina lainnya mengalami luka-luka, 300 orang di antaranya dalam kondisi kritis. (*)