Bebas Rasa Nyeri Adalah Hak Asasi

share on:
Dr.dr. A. Sofyan Hasdam. Sp.S liburan bareng Istri

Oleh: Dr.dr. A. Sofyan Hasdam. Sp.S

Setiap orang pasti pernah merasakan rasa nyeri pada organ tubuh. Sebagai contoh, penderita sakit kepala. Mungkin ada yang hanya merasakan ketegangan di sekeliling kepala, serangan nyerinya jarang dan ketika muncul keluhan, yang bersangkutan bisa tetap bekerja. Nyeri seperti tergolong derajat ringan dan mengatasi rasa tidak enak seperti ini barangkali cukup dengan membeli obat pereda nyeri di warung. 


Bandingkan dengan pengidap lainnya yang jika muncul serangan, kepala terasa berdenyut, penglihatan berkunang-kunang, kepala terasa mau pecah bahkan sampai muntah. Lebih parah lagi jika setiap serangan seperti ini  berlangsung dalam waktu cukup lama, misal seharian atau berhari hari. 


Tipe nyeri seperti inilah yang menimbulkan kerugian yang sangat besar karena penderitanya tidak bisa bekerja (terpaksa bolos kerja),  harus mencari pertolongan pada sarana pelayanan kesehatan dan pasti membeli obat yang harganya tidak murah. Jika kalkulasi kerugian ini dijumlahkan untuk penderita di seluruh Indonesia, akan diperoleh nilai yang sangat besar. Dan lebih dahsyat lagi jika diakumulasikan untuk pengidap yang sama di seluruh dunia.


Gambaran di atas baru berbicara nyeri pada kepala. Bayangkan saja betapa banyaknya penderita, karena semua organ tubuh bisa mengidap nyeri. Dan tidak jarang bahwa pada seorang pasien bisa menderita nyeri pada lebih dari satu organ tubuh.


Bulan Peduli Nyeri

Karena empati dan rasa simpati terhadap pengidap nyeri, sehingga setiap bulan September ditetapkan sebagai bulan peduli nyeri dan diperingati di seluruh dunia. Di Indonesia, berbagai kegiatan dilaksanakan serentak di seluruh provinsi oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dalam hal ini oleh Kelompok Studi (Pokdi) Nyeri, mulai dari penyuluhan dan simposium, pemeriksaan  kesehatan dan pengobatan. Dan dalam sepekan mendatang, setiap hari diadakan simposium webinar untuk masyarakat umum untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang nyeri.


Perkembangan Teknologi Dan Ilmu Pengetahuan Yang Sangat Cepat

Mengantisipasi komitmen yang kuat untuk menolong penderita, telah membangkitkan semangat melaksanakan penelitian, yang hasilnya, terlihat dari munculnya peralatan medis mutakhir untuk diagnosis dan terapi. Demikian pula obat-obatan yang diklaim memiliki hasil yang lebih mujarab.


Bukan hanya itu, penelitian juga telah memunculkan perkembangan ilmu baru utamanya dalam bidang  penanganan nyeri. Dengan kata lain,  ketika dokter berkomitmen membantu mengurangi penderitaan pengidap nyeri, pada saat yang sama, dokter harus memutakhirkan ilmunya dan itulah yang dilakukan oleh PERDOSSI dengan gencar melakukan pertemuan ilmiah karena disadari bahwa ilmu harus dikejar sebelum dia pergi dan berkembang jauh serta meninggalkan mereka yang malas mengikutinya. (*)