UPDATEINDONESIA.COM- Pagi itu, sinar mentari perlahan menyingkap kabut tipis yang menyelimuti wilayah Sepaku di Kalimantan Timur. Namun, semangat kemerdekaan warga sudah lebih dulu memecahkan keheningan di setiap sudut desa.
Di pelataran kantor Desa Tengin Baru, suara riuh mulai menggema. Animo warga terlihat begitu menggebu-gebu. Menunggu bus jemputan yang akan membawa mereka ke sebuah momen bersejarah, upacara HUT RI di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Suasana begitu hidup dengan corak busana yang beragam. Tetapi bus jemputan yang dijanjikan belum juga tiba. Maklum antusiasme warga Sepaku untuk hadir menyaksikan langsung upacara HUT RI di IKN terbilang tinggi. Namun kuota undangan terbatas.
Banyak cerita unik yang muncul dari perjalanan mereka menuju lokasi upacara. Di antara kerumunan, sosok Abdul Rahman mencuri perhatian. Berbalut busana adat Dayak yang gagah, dia datang bersama sejumlah pengikutnya.
Langkahnya cepat dan penuh semangat, seakan tak ingin kehilangan momen bersejarah ini. Suara lantangnya terdengar meminta kartu undangan dari aparat kepolisian. Sayang, dia tak terdata sebagai peserta undangan. Kecewa bercampur kesal, semangatnya tak luntur.
Ia terus bernegosiasi dengan aparat kepolisian, memperjuangkan haknya untuk menyaksikan momen bersejarah di IKN. Setelah melewati perundingan yang alot, Abdul Rahman dan rombongannya akhirnya diizinkan untuk ikut masuk ke lokasi upacara.
Wajahnya terlihat berseri-seri saat berjalan menuju lokasi upacara. Baginya, kemenangan kecil ini adalah simbol dari perjuangan dan semangat pantang menyerah yang dimiliki oleh masyarakat Sepaku. Mereka tak sekadar ingin hadir, teapi menjadi saksi dari sejarah yang sedang dibangun di tanah mereka.
Di sisi lain, ada Octa, seorang wanita anggun dari Desa Tengin Baru. Ia terlihat mempesona dengan pakaian adat Bali. Wajahnya bersinar, memancarkan kebanggaan sebagai salah satu undangan resmi. Baginya, undangan ini bukan sekadar kertas, melainkan penghargaan yang membuktikan bahwa mereka dihormati sebagai bagian dari bangsa yang besar.
Tidak jauh dari Octa, ada Dina Khaerani dari Desa Bukit Raya juga tidak kalah bersemangat. Dengan senyum yang menawan mengenakan pakaian adat Dayak, ia merasa undangan ini adalah bentuk pengakuan dan penghargaan tersendiri menjadi warga Sepaku, lokasi IKN berdiri saat ini.
"Tentu kami sebagai warga Sepaku merasa bangga dihormati dengan diundang ke upacara di IKN," ujar Khaerani penuh senyum.
Animo warga menanti penjemputan di Kantor Desa Tengin Baru, Kecamatan Sepaku menuju IKN
Perjalanan menuju lokasi upacara tidak selalu berjalan mulus. Keterbatasan transportasi menjadi hambatan. Banyak warga yang sudah menunggu sejak pagi namun bus jemputan yang dinantikan tak kunjung tiba.
Menyadari kondisi ini, Polsek Sepaku akhirnya mengambil inisiatif menyewa bus tambahan untuk memastikan semua yang ingin hadir bisa sampai ke lokasi upacara tepat waktu. Secara kebetulan sebuah bus menuju Balikpapan melintas.
Setelah kepolisian memastikan semua yang naik ke bus tersebut mengantongi co card. Sebagian rombongan yang berkumpul di Desa Tengin Baru akhirnya bernafas lega, bisa bergabung dengan warga lainnya menyaksikan upacara di IKN.
Di dalam bus yang penuh sesak, cerita terus mengalir. Salah satu penumpang tampak sibuk mengabari keluarganya di luar pulau bahwa dia sedang dalam perjalanan menuju lokasi upacara. Dengan logat Jawa yang kental, pria berkacamata hitam itu terdengar bercerita melalui telepon genggamnya betapa beruntungnya bisa hadir di upacara ini.
Kejadian tak terduga lainnya yang tak kalah menarik. Ditengah perjalanan rupanya ada beberapa penumpang bus yang sebenarnya hendak menuju Balikpapan terpaksa turun di rest area menuju pusat inti IKN. Karena bus yang ditumpangi dialihkan menuju lokasi upacara. Mereka harus menunggu bus tersebut kembali untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.
Animo warga yang ingin masuk menyaksikan upacara HUT RI di IKN
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, rombongan di bus tersebut akhirnya tiba di pusat inti IKN. Dari kejauhan, suara sahut-sahutan terdengar dari pengeras suara. Rupanya, sebelum upacara dimulai, sudah ada beberapa rangkaian kegiatan yang berlangsung di Istana Presiden.
Dengan semangat yang tak pudar, semua yang tergabung dalam rombongan itu turun dari bus dan mulai menyusuri jalan menuju istana. Disana, pos pemeriksaan sudah siap menyambut kedatangan mereka. Satu per satu tamu undangan digeledah, menandakan betapa pentingnya acara ini.
Bagi warga Sepaku, hari itu adalah lebih dari sekadar menghadiri upacara. Melainkan sebuah momen kebanggaan, bukti bahwa mereka adalah bagian dari sejarah yang sedang ditulis di tanah berpenduduk kurang lebih 38.160 jiwa itu.
Ketika suara sirine terdengar, diikuti oleh dentuman meriam yang menggelegar, detik-detik Proklamasi di tanah yang kelak menjadi simbol masa depan Indonesia resmi dimulai. Warga Sepaku yang berada di depan istana mengikuti upacara dengan tertib, mengiringi jalannya perayaan yang penuh makna.
Kepala Desa Bumi Harapan, Sunaryo, menegaskan bahwa momen ini bukan sekadar upacara, melainkan awal dari cerita yang akan mereka sampaikan kepada generasi mendatang, tentang bagaimana mereka menjadi saksi dari lahirnya IKN di wilayah mereka.
“Ini adalah sejarah bagi kami di Sepaku. Meskipun kuota dibatasi, hanya 66 orang tiap desa yang diundang mengikuti upacara,” ujar Sunaryo. Sementara itu, Kecamatan Sepaku tercatat terbagi dalam 11 desa dan 4 kelurahan dengan total penduduk kurang lebih 38.160 jiwa. (red)