Pemuda Madiun Minta Maaf Telah Mejual Akun Telegram Ke Bjorka

share on:
Pemuda asal Madiun, Jawa Timur Muhammad Agung Hidayatullah alias MAH

UPDATEINDONESIA.COM- Pemuda asal Madiun, Jawa Timur Muhammad Agung Hidayatullah alias MAH mengaku bersalah karena menjual channel Telegram pribadi ke hacker Bjorka.


Agung mengaku menerima sekitar USD 100 dari penjualan akun. Menurutnya, nilai itu jauh lebih mahal dibandingkan harga pasaran yang hanya berkisar antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu untuk membuat channel telegram.
 

“Kesalahan saya ngasih sarana Bjorka ngepost. Channel saya dibeli oleh Bjorka," kata MAH. Kini pemuda 21 tahun dikenakan wajib lapor seminggu dua kali di Polres Madiun pasca ditetapkan sebagai tersangka.


Sementara itu, pihak kepolisian menyebut motif MAH membantu hacker Bjorka atas dasar popularitas dan uang. Dalam kasus ini polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa satu buah kartu SIM, dua unit ponsel, dan satu KTP atas inisial MAH.


"Motif tersangka membantu Bjorka adalah ingin mendapatkan uang dan menjadi terkenal," kata Juru Bicara Divisi Humas Polri Kombes Ade Yaya Suryana dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (16/9/2022).


Ade menjelaskan MAH berperan menyiapkan channel Telegram @'Bjorkanism' dan membuat tiga unggahan. Yakni tanggal 8 September 2022, [mengunggah] 'stop being idiot'. Tanggal 9 September 2022, [mengunggah] 'next leak from president'. Tanggal 10 September 2022, [mengunggah] 'I will publish data MyPertamina soon,".


MAH sebelumnya diangkut polisi dari tempat kerjanya yaitu sebuah toko es waralaba di Kabupaten Madiun, Rabu 14 September 2022. Dua hari berelang, polisi mengantar MAH pulang ke rumahnya di Desa Banjarsari Kulon, Dagangan, Madiun. 


Hacker Bjorka menurut para pakar

Hingga saat ini identitas asli Bjorka masih belum terungkap. Ketua Koordinator Forum Keamanan Siber dan Informasi (Formasi)  Gildas Deograt Lumy menduga data yang dibocorkan ke publik bukan murni hasil retasan Bjorka sendiri, melainkan Bjorka membelinya di Dark Web.


Sebab menurut Gildas, setiap hacker punya peran masing-masing, ada yang menemukan celahnya, ada yang meretas celahnya, ada yang mengumpulkan data hasil retasan hingga menjualnya di Dark Web.


“Bjorka ini kemungkinan besar orang Indonesia,” kata Gildas. Pakar Kompetensi Keamanan Siber Dr. I Made Wiryana sependapat dengan itu.


Menurut pria yang dijuluki pawang Hacker di kalangan IT ini, Bjorka hanya sebatas memanfaatkan kemampuan penggunaan internet. Sebab, untuk mendapatkan data seperti yang dibocorkan Bjorka ke publik sangat muda di akses di Indonesia.


“Bjorka belum tentu peretas. Bisa jadi dia hanya pengepul data. Untuk mendapatkan data di Indonesia relatif mudah. Nggak usah jadi peretas. Cukup menggunakan iming-iming saja orang sudah rela memperlihatkan data pribadi,” lanjutnya.


Selain itu, ia juga menilai dampak yang timbul atas ulah Bjorka hanya dari sisi amplifikasi mindset atau dampak pemahaman publik, tidak lebih dari itu. Semisal, dokumen BIN yang dibocorkan ke publik. Itu juga tidak diketahui definisi surat beserta isinya.


“Bukan hanya masalah data pribadi kalau di kasus Bjorka yang sosial distras. Tetapi yang lebih ditakutkan lagi adalah ketidakpercayaan publik terhadap sistem elektronik yang dikelolah oleh pemerintah,” ujarnya.


Memang, kata dia, kelemahan pemerintah saat ini adalah tidak menghargai kualitas SDM. Secanggih apapun sistem elektronik akan percuma kalau orangnya nggak ada, anggaran pengelolaannya kecil. Akibatnya sistem keamanan hanya dikelola secara serampangan.


“Ini PR kedepan supaya sistem keamanan data kita tidak mudah dibobol,” tegas Dr. I Made Wiryana. (*)