UPDATEINDONESIA.COM- Kementerian Kesehatan mengumumkan persiapan peluncuran Inovasi Wolbachia di Kota Bontang, yang akan dikenal dengan nama BAWIS Bontang (Berwolbachia Serentak). Acara peluncuran ini dijadwalkan berlangsung pada tanggal 5 September 2023 di area parkir Bontang Kuala.
"Kegiatan peluncuran ini akan dilaksanakan di area parkir Bontang Kuala, dan akan dilanjutkan melalui dua tahap di seluruh kelurahan di Bontang. Tahap awal mencakup enam kelurahan, sedangkan tahap ke dua melibatkan sembilan kelurahan," kata Kepala Dinas Kesehatan Bontang, Drg. Toetoek Pribadi Ekowati.
Program inovasi Wolbachia merupakan bagian dari upaya nasional dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Bontang dipilih sebagai lokasi uji coba Pilot Project di Kalimantan Timur. Keputusan ini merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 yang menetapkan lima kota, yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang sebagai lokasi uji coba teknologi Wolbachia.
"Bontang terpilih karena merupakan wilayah endemis DBD dengan tingkat kasus yang tinggi dan jumlah kasus kematian yang disebabkan oleh DBD setiap tahunnya. Pemerintah Kota Bontang telah menunjukkan komitmennya dalam upaya pengendalian DBD," lanjutnya.
Implementasi inovasi Wolbachia ini didanai Pemerintah Pusat, APBD, dan sumber-sumber potensial lainnya di Kota Bontang, termasuk Corporate Social Responsibility (CSR). Proses implementasi teknologi ini melibatkan penyebaran nyamuk selama sekitar enam bulan, dengan harapan dalam satu tahun kedepan, populasi nyamuk wolbachia mencapai 80% dari populasi nyamuk Aedes aegypti di Bontang.
Agenda peluncuran pada 5 September 2023 akan mencakup pemasangan rompi pada kader, penyerahan paket ember Wolbachia dari Kementerian Kesehatan kepada kader dan masyarakat, serta peletakan ember Wolbachia di rumah-rumah masyarakat di area peluncuran sebagai tanda dimulainya implementasi inovasi Wolbachia di Kota Bontang.
Teknologi Wolbachia merupakan pelengkap strategi pengendalian DBD yang sudah ada, termasuk pemberantasan sarang nyamuk, dengan cara menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk, serta gerakan 1 rumah 1 jumantik.
Wolbachia memiliki kemampuan untuk menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor penularan DBD. Cara kerjanya melibatkan penyuntikan Wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti di laboratorium, di mana telur tersebut akan berkembang biak secara alami menjadi nyamuk dewasa wolbachia. Harapannya, seluruh populasi nyamuk Aedes aegypti di Bontang akan mengandung Wolbachia
"Dalam mendukung keberhasilan program ini, kami mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah, lintas sektor, perusahaan, media massa, serta masyarakat, sekolah, kantor, dan tempat ibadah untuk mendukung program ini dengan menjadi lokasi atau penitipan ember nyamuk wolbachia," lanjutnya.
Pun sebelum peluncuran, telah dilakukan berbagai tahapan kegiatan termasuk sosialisasi di tingkat kecamatan dan kelurahan, serta persiapan operasional di lapangan. Setelah peluncuran, kegiatan berlanjut dengan pemetaan lokasi penitipan ember nyamuk wolbachia dan rilis telur-telur nyamuk tersebut.
Program ini memiliki dasar ilmiah yang kuat dan telah berhasil diimplementasikan di beberapa wilayah lain di Indonesia. Hasil implementasi inovasi wolbachia di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul selama periode 2017-2020 membuktikan efektivitasnya, dengan penurunan hingga 77% dalam kasus DBD dan penurunan hingga 86% dalam angka pasien dirawat.
"Selain di Bontang, inovasi Wolbachia juga telah berhasil diterapkan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul selama periode 2017-2020, menghasilkan penurunan signifikan kasus DBD dan pasien dirawat," pungkasnya. (*)