UPDATEINDONESIA.COM- Rencana Pertamina untuk membangun kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) di Bontang Kalimantan Timur masih samar-samar.
Nyatanya, perusahaan energi pelat merah itu tengah mengkaji lokasi pemindahan proyek kilang yang semula di Bontang, Kalimantan, ke Pulau Sumatera, yakni Kuala Tanjung atau kilang Arun, Aceh.
Kuala Tanjung menjadi kandidat terkuat menggantikan Bontang Karena dekat dengan pasar ekspor. "Lahannya ada, 'kan' di situ pasar internasional terus di Sumatera juga," ujar Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko (PIMR) Pertamina Heru Setiawan, di Jakarta, Senin (2/3/2020).
Opsi pemindahan lokasi kilang ditengarai buntut dari perubahan mitra pembangunan kilang Bontang. Pertamina tidak lagi bermitra dengan perusahaan migas asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG).
Dengan begitu, Pertamina bisa dengan leluasa menentukan lokasi proyek kilang ke tempat lain, sambil mencari mitra baru. Setidaknya ada dua perusahaan asal Uni Emirat Arab yang berpeluang menggantikan OOG. Antara lain, Mubadala dan Abu Dhabi National Oil Company atau Adnoc.
"Untuk merealisasikan opsi itu harus ada penugasan dari pemerintah pusat. Terutama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk merubah Perpres yang berkaitan dengan Proyek Kilang Bontang," Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, di Jakarta, Selasa (25/2/ 2020).
Karpet Merah Untuk Kilang Bontang
Wali Kota Neni Moerniaeni meyakini lokasi kilang (New Grass Root Refinery /NGRR) tetap di Bontang. Meskipun realisasinya bukan dengan OOG karena kontraknya telah berakhir per Desember 2019. Apalagi, Pemkot Bontang telah menyediakan 1000 hektar lahan sesuai perda RTRW.
"Saya sudah menemui Presiden Jokowi untuk menagih komitmen pemerintah pusat. Dia bilang tetap di Bontang," ujar Neni usai menandatangani MoU JKN dan JKK tenaga kontrak daerah dan pengurus RT dengan BPJS Ketenagakerjaan di Gedung Dispopar, Jumat (13/8) malam.
Selain menemui Presiden Jokowi, Neni juga mengklaim telah mendapatkan kepastian dari PT Pertamina pada 7 Maret 2020. "Dari Ibu Nicke lokasi kilang tetap di Bontang," ujar Neni.
Neni lantas membuka aplikasi Whatsapp dan menunjukkan bukti percakapannya dengan Direktur Utama PT Pertamina untuk meyakinkan wartawan yang sedang mewawancainya. "Iya Bunda, kilang tetap di Bontang," bunyi pesan Nicke Widyawati.
Neni mengaku rutin membahas persoalan proyek kilang Bontang dengan Pertamina. Sebab, menurutnya lokasinya berdampingan dengan PT Badak NGL, anak perusahaan dengan 50 persen sahamnya dikuasai Pertamina yang belakangan kapasitas produksinya merosot.
"Kalau golnya tahun 2025, dan kita tidak memanfaatkan PT Badak 'kan' yang rugi pemerintah," tuturnya.
Neni menjelaskan, selain ketersediaan lahan, sejumlah fasilitas dan infrastruktur bertaraf internasional pendukung operasi kilang LNG, seperti 21 unit boiler kualitas tinggi, pembangkit listrik, tangki penyimpanan, dan fasilitas umum lainnya dapat digunakan sebagai pendukung operasi kilang NGRR Bontang nantinya.
"Saya sampaikan kepada Ibu Nicke lewat Whatsapp bahwa jika ingin membangun kilang di Bontang, maka tidak perlu dari titik nol, tetapi proyeknya dapat memulai dari titik 5 dari skala 10. Memang luas lahan yang diminta adalah 1000 hektar untuk industri turunannya," tegas Neni.
Ia menjelaskan bahwa Tim Percepatan NGRR bentukan Pemkot Bontang akan melakukan roadshow ke kementerian terkait untuk mengawal proyek tersebut.
"Kita datang roadshow ke pak Bakhil (Kementerian Penanaman Modal), Kemudian ke Menteri ESDM 'kan' pak Tasrif juga dulunya pernah tugas di Bontang. Untuk itu dukungan kuat dari berbagai pihak dibutuhkan untuk mewujudkan NGRR Bontang," pintahnya. (rus)