Oleh : Dini Azra
Jumat, 15 Maret 2019 menjadi sejarah kelam bagi negara New Zealand. Juga untuk umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa penembakan brutal, yang terjadi di dua masjid di kota Christchurch New Zealand. Membuat dunia dan umat Islam terhenyak. Bayangkan, New Zealand yang selama ini terkenal aman dan tenteram. Tiba-tiba dikejutkan dengan peristiwa penembakan kejam, terhadap orang Islam yang sedang menjalankan ibadah. Hingga menjadi sorotan dunia sebagai peristiwa berdarah.
Komisioner Kepolisian New Zealand, Mike Bush dalam konferensi pers menyebut, bahwa jumlah korban tewas mencapai 49 orang. Dari dua Masjid An Noor, Deans Ave juga di Linwood Islamic Center. Pelakunya terdiri dari empat orang, tiga pria dan satu wanita. Salah satunya bahkan menayangkan aksi teror itu, dalam live streaming di media sosialnya. Videonya sempat beredar di internet, namun telah dihapus oleh otoritas Selandia Baru(New Zealand). Pemerintah New Zealand belum mempublikasikan nama-nama pelaku. Baru satu orang yang yang telah didakwa pembunuhan, dan akan disidangkan di pengadilan Christchurch, Sabtu 16/3. Detiknews.com 15/3.
Reaksi cepat dari kepolisian dan pemerintah New Zealand cukup melegakan. Rasa simpati terhadap korban, diperlihatkan oleh Perdana Menteri New Zealand Jacinda Ardern. Dia mengecam aksi penembakan ini, dan tidak ragu menyebut aksi ini sebagai serangan teroris. Yang menurutnya sudah direncanakan dengan matang. Aksi ini diduga dilatarbelakangi kebencian terhadap Muslim dan anti imigran. Salah satu pelaku adalah warga negara Australia.
Berbeda dengan sikap tegas dan simpatik pemerintah New Zealand. Dunia barat nampak masih enggan menyebut kata Teroris bagi pelaku penembakan. Walaupun mereka serempak memberikan kecaman. Namun tidak sereaktif saat terjadinya peristiwa pengeboman di Paris. Atau aksi serangan yang terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo oleh sekelompok muslim. Karena telah sering menghina Islam. Seperti biasa sebutan teroris hanya dilekatkan jika pelakunya beragama Islam. Jika pelaku non muslim, cukup disebut aksi brutal oleh orang bersenjata( Gunman).
Tanggapan tidak simpatik juga terlontar dari seorang senator Australia bernama Fraser Anning. Dalam pernyataannya di media sosial, dia malah menyalahkan muslim yang jadi korban dalam serangan tersebut. Menurutnya keberadaan imigran muslim telah memicu ketakutan yang berkembang dalam komunitas warga New Zealand maupun di Australia.
"Penyebab pertumpahan darah sesungguhnya di jalanan Selandia Baru hari ini adalah program imigrasi yang memungkinkan kaum Muslim fanatik untuk bermigrasi ke Selandia Baru," tulis Anning dalam salah satu cuitannya seperti dilansir dari The Telegraph, Jumat (15/3)
Pernyataan itu ditanggapi PM Selandia baru, Jacinda Ardern dengan satu kata, "Memalukan!". Serta membuat geram masyarakat dunia baik muslim maupun non muslim. Salah satunya memicu aksi nekat seorang remaja 17 tahun, Will Connolly. Pemuda ini mengepruk kepala Anning dengan telur hingga telur itu pecah berantakan. Di depan media yang sedang mewancarai Anning. Anning bereaksi cepat memukul kepala Connolly, bocah pemberani itupun segera diringkus serta ditahan. Walau sekarang sudah dibebaskan. Tindakan Connolly mendapat pujian dan dukungan banyak orang. Dia kini menjadi populer dengan julukan Eggboy. Bukan saja pujian, para netizen juga mengumpulkan uang hingga mencapai ratusan juta untuknya. Tapi Connolly memilih menyumbangkannya bagi para korban. Sosoknya kini bak seorang "hero" yang dielukan.
Connelly bukan satu-satunya orang yang berjiwa pahlawan dalam peristiwa ini. Pasca peristiwa penembakan itu, terungkap kisah-kisah haru dari para korban. Menunjukkan betapa indahnya kepribadian seorang muslim. Sehingga dunia dapat melihat bahwa Islam bukan agama yang mengajarkan kebencian. Kekerasan. Ataupun tindakan terorisme. Kitapun dapat memetik hikmah dan pelajaran dari kisah mereka.
Daoud Nabi, kakek 71 tahun itu adalah korban pertama yang ditembak pelaku. Dalam video yang sempat viral. Tampak dia berdiri didepan pintu Masjid sambil melambaikan tangan dan tersenyum. " Halo, Brother!" Sapaan ramah itu dibalas dengan tembakan yang membuatnya tewas seketika. Orang-orang menilai, dia pria yang baik dan ramah. Dia adalah pengungsi melarikan diri dari kengerian di negerinya Afghanistan, dan mendapat kedamaian di New Zealand.
Abdul Aziz, pria ini juga imigran dari Afghanistan. Dia berada di Masjid Lindwood. Masjid kedua yang jadi sasaran aksi teroris. Dia mengambil mesin kartu kredit, kemudian dia lemparkan pada si penembak. Dan diapun mengejar pelaku hingga ke mobil, dia pecahkan kaca mobil itu sehingga pelaku lari ketakutan. Korban di sini jauh lebih sedikit, karena tindakan beraninya. Dia dianggap pahlawan, namun kepada wartawan dia mengatakan, " Saya bukanlah pahlawan, wahai kawan. Pahlawan adalah mereka yang terbunuh dan terluka."
Farid Ahmed, suami dari salah satu korban tewas yaitu Husne Ahmed. Kita patut belajar memaafkan dan lapang dada darinya. Dia tidak bisa apa-apa karena berada di kursi roda. Sementara istrinya syahid di tangan penembak, saat hendak menyelamatkan dirinya. Sebelumnya sang istri telah berhasil menyelamatkan sejumlah wanita dan anak-anak keluar dari area masjid. Bukannya marah atau dendam pada si pelaku Farid Ahmed justru mengatakan, " Sejujurnya saya menyayanginya. Saya pikir dia telah mengalami beberapa trauma. Mungkin dia tidak disayangi. Saya tidak membencinya sama sekali." (Sumber: Cordova media)
Selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Semoga para korban yang tewas mendapat ampunan dan rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala. Dari kejadian ini, dunia dapat melihat teroris yang sebenarnya bukanlah umat Islam. Teroris bukan bagian dari ajaran agama manapun. Pemandangan indah mewarnai kota Christchurch, pasca terjadinya aksi teror itu. Warga disana menunjukkan solidaritas kepada umat Islam. Mereka beramai-ramai datang ke Masjid untuk menjaga muslim yang beribadah. Mereka antusias mendengarkan adzan, bahkan turut masuk kedalam masjid. Melihat orang Islam sedang beribadah sholat. PM New Zealand memutuskan sebagai dukungan bagi komunitas muslim, secara resmi adzan Jumat akan dikumandangkan di seluruh New Zealand.
Namun kedamaian ini, jangan sampai melenakan diri. Karena sikap ramah dan toleran yang kita lihat. Kita memang bersyukur, dan berharap muslimin disana selalu terjaga. Negara New Zealand sama seperti negara lain yang menganut paham sekuler dan liberal. Didalam sistem ini toleransi memang dijunjung tinggi. Sisi buruknya, mereka juga akan bersikap toleran terhadap paham apapun. Atas nama Hak Asasi Manusia. Ketika mereka bersikap toleran terhadap umat Islam. Sebaliknya muslim juga harus toleran terhadap budaya dan ideologi yang mereka anut. Semoga umat Islam disana, selain terjaga nyawanya tapi juga akidahnya. Dan kedamaian itu bukan sekedar pencitraan semata.
Kedamaian yang sebenar-benarnya, baru akan terwujud ketika umat memiliki pemimpin. Sebagai perisai yang akan melindungi akidah dan jiwa mereka. Dan umat lainpun akan merasa segan, tak akan berani lagi semena-mena terhadap kaum muslimin. Apalagi sampai menumpahkan darahnya. Semoga kepemimpinan Islam itu akan segera tegak kembali. Khilafah Rasyidah 'ala manhaj an nubuwah. Inilah yang harus diperjuangkan oleh segenap umat Islam di seluruh dunia. Wallahu a'lam bishawab.