Pemkot Bontang Jalin Kemitraan Pengelolaan Sampah dengan Jeju dan KOICA

Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni bersama delegasi pemerintah Provinsi Jeju, Korea Selatan dan Kementerian KLHK dalam acara Welcome Dinner di pendopo Rujab walikota, Senin (3/11/2025)

UPDATEINDONESIA.COM - Pemerintah Kota Bontang terus berupaya mewujudkan kota hijau yang bersih dan berkelanjutan. Dengan dukungan 499 bank sampah aktif serta berbagai inovasi pengelolaan berbasis masyarakat, Pemkot Bontang kini memperluas jaringan kerja sama internasional dengan Pemerintah Provinsi Jeju, Korea Selatan, dan Korea International Cooperation Agency (KOICA).

Kerja sama tersebut dibahas dalam Welcome Dinner, menyambut kedatangan Tim Survei KOICA Indonesia Office bersama Tim Korea Experts dan Delegasi Pemerintah Provinsi Jeju, Korea Selatan di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang, Senin (3/11/2025) malam.

Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menyampaikan bahwa kolaborasi ini menjadi kelanjutan dari proposal project pengolahan sampah berbasis Waste to Energy (WTE) yang diajukan Pemkot Bontang sejak 2023. Ia berharap program tersebut dapat memperkuat sistem pengelolaan sampah di Bontang dengan memanfaatkan teknologi modern dari Korea Selatan.

“Kami memiliki 499 bank sampah yang tersebar di seluruh RT serta lima kelompok swadaya masyarakat aktif. Melalui semangat 3R (reduce, reuse, recycle), kami ingin menjadikan Bontang bukan hanya kota bersih, tetapi juga berdaya dari sampah,” ujar Neni.

Dihadapan Delegasi Pemerintah Jeju, Neni juga memaparkan sejumlah program penangan sampah di Bontang, di antaranya kegiatan Plasticman Day setiap Rabu, di mana seluruh ASN membawa sampah plastik untuk didaur ulang, serta inovasi penggunaan mikroba dalam pengelolaan sampah organik.

Produksi sampah di Bontang terus meningkat dengan rata-rata residu sampah yang dibawa ke sanitary landfill, kurang lebih 100 ton tiap hari. Kami berharap kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jeju dapat memperkuat pengelolaan sampah organik dan membangun sistem yang berkelanjutan,” tambahnya.

Perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Desi Florita Syahril menegaskan bahwa pemerintah Indonesia sangat menghargai dan mengapresiasi dari pihak Jeju untuk bekerjasama dengan Bontang melalui upaya penangan sampah.

“Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari inisiasi proyek proposal yang diajukan pemkot Bontang pada 2023 lalu,” ujar Desi.

Ia menilai project ini bukan hanya sebagai bentuk kerjasama bilateral, namun sebagai bentuk komitmen bersama dalam menjalankan regulasi pengelolaan sampah di Indonesia. 

Desi menyebutkan bahwa penanganan sampah di Indonesia merupakan tantangan yang komplit meski pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan. Sehingga project kerjasama ini sangat strategis, terutama dengan rencana pembangunan fasilitas penunjang pengolahan sampah di Bontang.

“Kami meyakini, dengan transfer pengetahuan dan teknologi yang akan diterapkan Jeju yang terkenal dengan pengalaman pengelolaan sampahnya yang sangat baik dapat di kembangkan di Indonesia, terutama di Bontang,” 

Sehingga kedepannya, Bontang bisa menjadi daerah percontohan nasional yang dapat direplikasi daerah lain. Dengan begitu, lingkungan di Indonesia dapat terjaga dengan baik, seperti halnya di Jeju, Korea Selatan.

Sementara itu, Director of Peace and Diplomatic Affairs Division, Pemerintah Provinsi Jeju, Oh Gyun Kang menjelaskan bahwa dahulu Jeju juga menghadapi tantangan serupa dengan Bontang dalam pengelolaan sampah. Namun sejak tahun 2005, Pemerintah Jeju berkomitmen penuh dalam pengelolaan sampah, sehingga kini hasilnya diakui secara global.

“Pada tahap awal, Jeju mungkin akan memberikan dukungan untuk pembangunan fasilitas. Namun setelah proyek ini selesai, Bontang harus mampu mandiri dalam manajemen sistem pengolahan sampahnya,” katanya.

Selama tiga hari di Bontang, delegasi Jeju dan KOICA akan melakukan diskusi teknis, peninjauan fasilitas pengolahan sampah, dan kunjungan ke TPA serta Clean Halls di Bontang. Jika project ini terealisasi, Pemerintah Kota Bontang akan menerima bantuan senilai 10,5 juta dolar AS dari Pemerintah Provinsi Jeju. Bantuan tersebut akan difokuskan pada pembangunan sistem pengolahan sampah terpadu menjadi biogas serta mendorong pengembangan ekonomi sirkular di Kota Taman. (adv/ipl)